Thursday, October 29, 2015

Makalah Pengantar Pendidikan tentang Lingkungan Pendidikan



Makalah
Pengantar Pendidikan
tentang
Lingkungan Pendidikan
 



  Anggota   :    1. Asep Riandi Nugraha
2.     Ayu Lisdiani
3.     Fahmi Nurhanifah
4.     Neneng Oktania
5.     Via Oktavia
 Kelompok :    3
Penampilan ke-    : 4

STKIP Garut
Jl. Pahlawan Sukagalih No. 32
Telp. (0262) 233556 Garut












Kata Pengantar
           
Dengan  mengucap puji dan syukur kehadirat  Tuhan Yang  Maha   Esa yang  telah  memberikan  berkah  dan  karunia-Nya  kepada  kami  sehingga kami   dapat  menyelesaikan  Makalah  Pengantar  Pendidikan  tentang “Lingkungan Pendidikan”.
Adapun penulisan makalah ini, yakni untuk menyelesaikan salah satu tugas Pengantar  Pendidikan.  Kami  ingin  mengucapkan  terima kasih  kepada  semua pihak  khususnya  dosen  pembimbing  kami  Dr. H. Maman  Rusmana, M.Pd  yang banyak membantu dalam penyelesaian tugas makalah ini.
      
Kami  menyadari  sepenuhnya  bahwa  makalah  ini  masih  jauh dari  kata sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami mohon perkenaan para pembaca untuk memberikan saran dan kritik agar makalah ini menjadi lebih baik .                      
Harapan kami semoga makalah  ini bermanfaat bagi pembaca  khususnya Keluarga besar Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP).
Terima kasih.


                                                                                                                                                         Penyusun,







i




Daftar Isi
                                                                                                          Halaman
Kata Pengantar........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang........................................................................................1
          I.2 Tujuan…………………………………………………………………………1
            1.3 Permasalahan………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
            II.1Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan……………….............2
            II.2 Tripusat Pendidikan
II.1. Keluarga………………………………………………………….3-5
II.2. Sekolah…………………………………………………………..6-7
II.3. Masyarakat………………………………………………………....8
II.3. Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat pendidikan terhadap 
                  perkembangan peserta didik…………………………………………9-10

BAB III PENUTUP
            III.1. Kesimpulan……………………………………………………………...11
            III.2. Saran……………………………………………………………………..11
Daftar Pustaka
           








ii


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi  manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.
Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mancapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. 
Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada di luar lingkungan formal.

B.   Tujuan
1.    Memahami pengertian dan peranan lingkungan pendidikan bagi peserta didik.
2.    Memahami tripusat pendidikan sebagai lingkungan pendidikan. Yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.
3.    Memahami saling pengaruh antarketiga tripusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik.

C.   Permasalahan
Dalam makalah ini akan dicoba untuk membahas dan menjabarkan tentang:
            1.Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan
2.Jenis Lingkungan Pendidikan/ Tripusat Pendidikan
3.Pengaruh timbal balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap Perkembangan
               Peserta Didik.



           









1



BAB II
PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN, JENIS dan  FUNGSI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
II.1.1 Pengertian Lingkungan Pendidikan
            Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui   pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkunganya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efesien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan.
            Dan latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan  yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat  (Umar Tirtaraharja et. Al. 1990:39-40).
Seperti yang telah kita ketahui, lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah Keluarga. Makin bertambah usia seseorang, peranan lingkungan pendidikan lainnya  (yakni sekolah dan Masyarakat) semakin penting meskipun pengaruh lingkungan keluarga masih tetap berlanjut.
Berdasarkan Perbedaan ciri-ciri penyelenggaraan pendidikan pada ketiga lingkungan pendidikan itu, maka ketiganya sering dibedakan sebagai pendidikan informal, pendidikan  formal, dan pendidikan nonformal.
Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga berlangsung  alamiah dan wajar disebut pendidikan informal.
Pendidikan di sekolah adalah pendidikan yang secara sengaja  dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat, seperti harus berjenjang, dan berkesinambungan, sehingga disebut dengan pendidikan formal.
Pendidikan di lingkungan masyarakat (kursus, kelompok belajar) tidak di syaratkan berjenjang dan berkesinambungan, serta dengan aturan-aturan yang lebih longgar sehingga disebut pendidikan nonformal.
Pendidikan Informal, formal, nonformal itu sering dipandang sebagai subsistem dari sistem pendidikan (Umar Tirtaraharja et. Al,. 1990: 13-15) serta secara bersama-sama menjadikan pendidikan berlangsung seumur hidup (Cropley, 1979 :3).

II.1.2 Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal.
Masyarakat akan dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya jika setiap individu belajar berbagai hal,  baik pola-pola tingkah laku umum maupun peranan yang berbeda-beda. Untuk itu proses pendidikan harus berfungsi untuk mengajarkan tingkah laku umum dan untuk  mempersiapkan individu untuk peranan-peranan tertentu. Sehubungan dengan fungsi  ini pendidikan bertugas untuk mengajarkan berbagai macam keterampilan dan keahlian. Meskipun pendidikan informal juga berperan melaksanakan kedua fungsi tersebut, tetapi sangat terbatas, khususnya dilaksanakan oleh masyarakat yang masih primitif. Pada masyarakat yang sudah maju, fungsi yang kedua dari pendidikan itu hampir sepenuhnya diambil alih oleh lembaga pendidik formal. Pendidikan formal berfungsi untuk mengajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan-pengetahuan bersifat khusus dalam  rangka mempersiapkan anak untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.
2


Pelaksanaan pendidikan dilakukan melalui tiga kegiatan yakni membimbing, mengajar, dan melatih (ayat 1 pasal 1 dari UU RI No. 2/1989).
Aspek tujuan pokok dari ketiganya yakni :
(1).Membimbing, terutama berkaitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi dari  
     segi-segi perilaku umum (aspek pembudayaan).
(2). Mengajar, terutama berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan ,dan
(3). Melatih, terutama berkaitan dengan keterampilan dan kemahiran  (aspek teknologi).
Seperti dalam Paparan diatas, terjadi variasi penekanan ketiga kegiatan itu di dalam berbagai lingkungan pendidikan dari masa ke masa. Sekecil apapun ketiga aspek tersebut, tujuan pokok pendidikan itu tetap akan tergarap dalam setiap lingkungan dan pendidikan. Kualitas manusia, baik aspek kepribadian maupun penguasaan dasar-dasar ilmu pengetahuan, serta kemahiran dalam spesialisasi tertentu, merupakan hasil kerja ketiga lingkungan pendidikan itu.
 
II.2 . Jenis-jenis Lingkungan Pendidikan/ Tripusat Pendidikan
Dari segi pengertian, lingkungan dapat terdiri dari lingkungan dalam           ( internal environment ) dan lingkungan luar ( external environment ). Dari segi fungsi sudah secara tidak langsung terlihat berbagai jenis lingkungan kelurga, sekolah, dan masyarakat.
Masing-masing lingkungan tersebut akan di uraikan secara singkat sebagai berikut :
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang yang mempunyai hubungan pertalian darah. Keluarga itu dapat berbentuk nucleus family ataupun keluarga yang dapat di perluas yaitu terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek/nenek, paman/tante, adik/kakak, dan lain-lain. Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya.
Keluarga di kenal sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama. Prediket ini mengindikasikan betapa esensialnya peran dan pengaruh keluarga dalam pembentukan perilaku dan kepribadian anak. Pandangan seperti ini sangat logis  dan mudah di pahami karena beberapa alasan berikut ini :
1.)  Keluarga merupakan pihak yang paling awal memberikan banyak perlakuan kepada anak. Sebagian besar waktu anak berada di lingkungan keluarga.
2.)  Karakteristik hubungan orang tua – anak berada dari hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya ( guru, teman, dan sebagainya ).
3.)  Interaksi kehidupan orang tua-anak di rumah bersifat “asli”, seadanya dan tidak di buat-buat.
Dari berbagai alasan yang dikemukakan itu menyebabkan fungsi dan peranan keluarga menjadi penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya. Karena itu tidaklah mengherankan kalau undang-undang sistem pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989  menyatakan dalam pasal 10 Ayat 4, bahwa kelurga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya,     nilai-nilai moral dan keterampilan, kepada anak. Selanjutnya, dalam penjelasan ayat 5 pasal 10 ditegaskan bahwa pemerintah mengakui kemandirian keluarga untuk melaksanakan upaya pendidikan dalam lingkungan sendiri.
Kelurga memberikan pengaruh yang kuat , langsung dan sangat dominan kepada anak, terutama dalam pembentukan perilaku, sikap, dan kebiasaan, penanaman nila-nilai, perilaku-perilaku dan sejenisnya, pengetahuan dan sebagainya.




3





Sehubungan dengan hal ini Fuad Ichsan (1995 )  mengemukakan fungsi lembaga keluarga sebagai berikut:
1.  Merupakan  pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan berikutnya, khususnya dalam perkembangan pribadinya.
2.  Pendidikan di lingkungam keluarga dapat menjamin kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang.
3.  Di dalam keluarga akan terbentuk pendidikan moral, keteladan orang tua di dalam bertutur kata dan berperilaku sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak dalam kelurga tersebut guna membentuk manusia susila.
4.  Di dalam kelurga akan tumbuh sikap tolong menolong, tenggang rasa, sehingga tumbuhlah kehidupan keluarga yang damai dan sejahtera.
5.  Keluarga merupakan lembaga yang memang berperan dalam meletakan dasar-dasar pendidikan agama.
6.  Di dalam konteks membangun anak sebagai makhluk individu agar anak dapat mengembangkan dan menolong dirinya sendiri, maka keluarga lebih cenderung untuk menciptakan kondisi yang dapat menumbuh-kembangkan inisiatif, kreatifitas, kehendak, emosi, tanggung jawab, keterampilan dan kegiatan lainnya.
Seifert & Hoffnung 1991 menjelaskan enam kemungkinan cara yang harus di lakukan orang tua dalam mempengaruhi anak yakni sebagai berikut:
1.     Pemodelan perilaku (modeling of behaviors), baik disengaja atau tidak, orang tua dengan sendirinya akan menjadi model bagi anak-anaknya.
2.     Memberikan ganjaran dan hukuman (giving reward and punishment), yaitu orang tua mempengaruhi anaknya dengan cara memberi ganjaran terhadap perilaku-perilakunya yang positif, dan memberikan hukuman perilakunya yang tidak di inginkan.
3.     Perintah langsung (direct instruction) memberi perintah secara sederhana.
4.     Menyatakan peraturan-peraturan (stating rulers), yaitu membuat peraturan-peraturan umum yang berlaku secara umum walaupun secara tidak tertulis.
5.     Nalar (reasoning),cara yang digunakan orang tua untuk mempengaruhi anaknya, dengan mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar.
6.     Menyediakan fasilitas atau bahan dan dengan suasana yang menunjang.

Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orangtua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Pada umumnya kewajiban ibu bapa itu sudah berjalan dengan sendirinya sebagai suatu tradisi. Manusia mempunyai naluri pedagogis, yang berarti bahwa untuk ibu bapa perilaku pendidikan itu merupakan akibat “naluri” untuk melanjutkan keturunan.

4
Lingkungan keluarga bukannya pusat penanam dasar pendidikan watak pribadi saja, tetapi pendidikan sosial. Decroly pernah mengemukakan bahwa 70% dari anak-anak yang jatuh ke jurang kejahatan berasal dari keluarga yang rusak kehidupannya. Oleh karena itu, untuk memperbaiki keadaan masyarakat perlu adanya perbaikan dalam pendidikan keluarga (Wayan Adhana, 1986: modul 4/10-11).
Pada umumnya Ibu merupakan anggota keluarga yang paling berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya anak, namun pada akhirnya seluruh anggota keluarga ikut berinteraksi dengan anak, di samping faktor iklim sosial, faktor-faktor lain seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahan dan sebagainya. Ikut pula mempengaruhi tumbuh kembangnya anak. Dengan kata lain tumbuh kembang anak di pengaruhi oleh seluruh situasi dan kondisi keluarga.
ibu bertanggungjawab untuk mengasuh anak, oleh karena itu pengaruh hubungan antara ibu dan anak perlu mendapat perhatian, utamanya pengaruh pengawasan berlebihan terhadap perkembangan anak. Levy membedakan pengawasan yang berlebihan ini menjadi dua, yaitu memanjakan dan mendominasi anak. Berdasarkan hasil penelitiannya, Levy menyimpulkan bahwa meskipun anak yang dimanjakan itu selalu menyusahkan orangtuanya di rumah, tetapi baik anak yang dimanjakan maupun yang didominasi oleh ibu ternyata sangat teliti sebagai murid dan dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan sekolahnya dengan baik (Redja Mudyahardjo et. At., 1992: Modul 5/57).
Beberapa hasil penelitian ayah mempunyai arti yang berbeda-beda di mata anak. Dari penelitian itu ternyata bahwa ketiadaan ayah dalam keluarga menimbulkan berbagai persoalan, seperti kurangnya rasa aman dan ketiadaan model bagi anak laki-laki, ataupun perasaan kekosongan dan tidak puas bagi anak perempuan. Apabila di sekolah ditemukan anak yang mengalami masalah “ketiadaan ayah” maka guru seyogyanya dapat membantu mengatasi masalah itu dengan mengalihkan kepada figur pengganti ayah (Redja Mudyahardjo, 1992: Modul 5/58-59).
Ketika ayah maupun ibu sama-sama membina karier masing-masing yang mengharuskan mereka berada di luar rumah pada hampir setiap hari kerja, dapat membawa masalah apabila keluarga mempunyai anak balita. Peran pemeliharaan fisik mungkin dapat dilakukan oleh oranglain, namun peran edukatif dari ibu sukar disubtitusi oleh oranglain, utamanya pembantu rumah tangga. Seperti ternyata di masyarakat, pembantu rumah tangga pada umumnya berasal dari lapisan dengan pendidikan dan mutu sosial budaya yang relatif rendah. Kecenderungan lain adalah berkembangnya lembaga pendidikan prasekolah pada jalur luar sekolah. Di masa depan, peran pembantu rumah tangga dalam pendidikan keluarga maupun fungsi edukatif lembaga pendidikan prasekolah perlu mendapat perhatian, agar dapat diyakinkan kontribusinya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang bermutu.
5
Akhirnya perlu ditegaskan lagi bahwa di samping pendidikan keluarga itu, keluarga juga seyogyanya ikut mendukung program-program lingkungan pendidikan lainnya. Keikutsertaan keluarga itu dapat pada tahap perencanaan, pemantauan dalam pelaksanaan, maupun dalam evaluasi dan pengembangan, dan dengan berbagai cara. Dan tidak kalah pemantauan dalam pelaksanaan, maupun dalam evaluasi dan pengembangan, dan dengan berbagai cara. Dan tidak kalah pentingnya adalah upaya koordinasi dan keserasian antar ketiga pusat pendidikan itu. 

2. Lingkungan Sekolah
Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang di selenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar dengan organisasi yang tersusun rapi, terencana, berjenjang dan berkesinambungan. Sifatnya formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah dan mempunyai keseragaman pola yang bersifat nasional, dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur.   Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja di rancang untuk melaksanakan pendidikan. Di kemukakan bahwa karena kemajuan zaman. Keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap iptek salah satu alternatif yang mungkin dilakukan disekolah untuk melaksanakan kebijakan nasional itu adalah secara bertahap mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat pusat latihan (training center) manusia Indonesia di masa depan. Sekolah sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi tetap berpijak pada ciri ke-Indonesian. Dengan demikian pendidikan disekolah seyogyanya secara seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan,penguasaan pengetahuan, dan pemilikan keterampilan peserta didik.
Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak untuk kehidupan masyarakat, sekolah juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan. Pembangunan tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa di dukungnya dengan manusia yang memiliki sumber daya yang berkualitas sebagai produk pendidikan. Karena itu sekolah perlu dirancang dengan baik, harus diupayakan sedemikian rupa agar mencerminkan masyarakat Indonesia dimasa depan, sehingga peserta didik memperoleh peluang yang optimal dalam menyiapkan diri untuk melaksanakan peran sebagai individu, warga masyarakat, warga Negara dan warga dunia di masa depan.
Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah antara lain :
a.    Pengajaran yang mendidik
Yakni pengajaran yang secara serentak memberi peluang pencapaian tujuan instruksional bidang studi dan tujuan-tujuan umum pendidikan lainnya. Dalam upaya mewujudkan pengajaran yang mendidik, perlu pula dikemukakan bahwa setiap keputusan dan tindakan guru dalam rangka kegiatan belajar mengajar akan membawa berbagai dampak atau efek kepada siswa, baik efek intruksional maupun efek pengiring.
Efek intruksional merupakan efek langsung dari bahan ajaran yang menjadi isi pesan dari belajar mengajar sedangkan efek pengiring merupakan efek tidak langsung dari bahan ajaran atau pengalaman belajar yang di hayati oleh siswa sebagai akibat dari strategi belajar mengajar yang menjadi landasan dari kegiatan belajar mengajar tersebut.
b .  Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan (BP) di sekolah agar program edukatif ini tidak sekedar suplemen tetapi menjadi komplemen yang setara dengan program pengajaran serta program lain di sekolah.seperti di ketahui bidang garapan program BP adalah perkembangan pribadi peserta didik,khususnya aspek sikap,dan prilaku.

6
Dalam pedoman kurikulum 1984 SMA (Depdikbud 1984:41 ) dinyatakan antara lain:Pelaksanaan kegiatan BP di sekolah menitikberatkan kepada bimbingan terhadap perkembangan pribadi melalui pendekatan perseorangan atau kelompok. Siswa yang menghadapi masalah mendapatkan bantuan khusus untuk mampu mengatasinya.sementara itu semua siswa tetap mendapatkan bimbingan karier terutama secara kelompok. Pelaksanaan bimbingan karier yang mengutamakan bimbingan kelompok bertujuan membantu memahami diri sendiri dan lingkungannya serta merencanakan masa depan secara lebih tepat.
c.   Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat sumber belajar (PSB) yang mengelola bukan hanya bahan pustaka tetapi juga berbagai sumber belajar lainya.baik sumber belajar yang dirancang maupun yang di manfaatkan. Dengan kedudukan  sebagai PSB diharapkan perananya akan lebih aktif dalam mendukung program pengajaran bahkan dapat berperan sebagai “mitra kelas” dalam upaya menjawab tantangan perkembangan perkembangan iptek yang semakin cepat.

d.   Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah khususnya yang terkait dengan peserta didik, pengelola sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan seharusnya merupakan refleksi dari suatu  masyarakat pancasila sebagaimana yang di cita-citakan dalam tujuan nasional. Gaya kerja para pengelola umumnya, khususnya pengelola kesiswaan, akan sangat berpengaruh bukan hanya melalui kebijakannya tetapi juga aspek keteladanannya. Keempat alternatif tersebut akan terlaksana apabila mendapat dukungan yang memadai dari program pengelolaan sekolah, baik dukungan sarana/prasarana maupun dukungan iklim profesional yang memadai, khusus pengelolaan kesiswaan , agar diterapkan asas tutwuri handayani dengan tidak mengabaikan ingarsa sung tulada dan ing madya mangun karsa, salah satunya dengan mengadakan “sistem Among” sebagai cara pendidikan. Dengan demikian iklim kehidupan di sekolah mencerminkan kehidupan masyarakat yang dicita-citakan yakni masyarakat yang demokratis yang dinamis dan terbuka.
Sekolah di harapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional, maka pendidikan formal harus berfungsi:
1.    Sekolah harus mampu menumbuh-kembangkan anak sebagai makhluk individu melalui pembekalan semua bidang studi.
2.    Sekolah melalui teknik pengkajian bidang studi perlu mengembangkan sikap sosial, gotong royong, toleransi, dan demokrasi dalm rangka menumbuh kembangkan anak sebagai makhluk sosial.
3.    Sekolah harus berfungsi sebagai pembinaan watak anak melalui bidang studi yang relevan sehingga akhirnya akan terbentuk manusia susila yang cakap yang mampu menampilkan dirinya sesuai dengan nilai dan norma yang hidup dan berkembang di masyarakat.
4.    Sekolah harus dapat menumbuh kembangkan anak sebagai makhluk yang religius dan mampu menjadi pemeluk agama yang baik, taat, sholeh dan toleran.
5.    Sekolah berfungsi konservatif, inovatif dan selektif dalam mempertahankan kebudayaan yang ada, melakukan pembaharuan, dan melayani perbedaan individu anak dalam proses pendidikan.
7



3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat di tinjau dari beberapa segi yakni:
1.  Masyarakat adalah sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang di lembagakan maupun yang tidak di lembagakan.
2.  Lembaga-lembaga kemasyarakatan atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
3.  Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang maupun dimanfaatkan.

Dari ketiga kaitan antara masyarakat dan pendidikan tersebut, dapat di lihat peran yang telah disumbangkan dalam rangka tujuan pendidikan nasional yaitu ikut membantu menyelenggarakan  pendidikan, membantu pengadaan tenaga, biaya, prasarana dan sarana,  menyediakan lapangan pekerjaan  dan membantu mengembangkan profesi baik langsung maupun tidak langsung.
Dalam pendidikan nasional hal semacam ini disebut Pendidikan kemasyarakatan yaitu usaha sadar yang memberikan kemungkinan perkembangan sosial, kultural, keagamaan, kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa, keterampilan, keahlian/profesi yang dapat di manfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk mengembangkan dirinya dan membangun masyarakatnya. Terdapat sejumlah lembaga kemasyarakatan yang mempunyai fungsi dan peran edukatif yang besar antara lain, organisasi kepemudaan (karang taruna, pramuka, dll ) organisasi keagamaan dan sebagainya.
Secara kongkrit peran dan fungsi pendidikan kemasyarakatan dapat di kemukakan sebagai berikut:
1.  Memberikan kemampuan professional untuk mengembangkan karier melalui kursus, seminar, konferensi, dan lainnya.
2.  Memberikan kemampuan teknis akademik dalam suatu sistem pendidikan nasional seperti sekolah terbuka, pendidikan melalui  media elektronik.
3.  Ikut serta mengembangkan kemampuan kehidupan beragama  melalui pendidikan agama di mesjid.
4.  Mengembangkan kemampuan kehidupan sosial budaya melalui seni, teater, olahraga, dan sebagainya.
5.  Mengembangkan keahlian dan keterampilan melalui sistem magang untuk menjadi ahli, serta ahli mesin.
Agar peran lembaga sosial/pendidikan kemasyarakatan bisa mantap pertumbuhan dan perkembangannya, maka perlu di koordinasikan oleh pemerintah. Karena pendidikan kemasyarakatan perlu wahana yang amat besar artinya perkembangan individu dan masyarakat yang sedang membangun.

8


II.3. Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik.
Perkembangan peserta didik, seperti  juga tumbuh kembang anak  pada umumnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan proses perkembangan, dan anugrah. Khusus untuk faktor lingkungan peranan tripusat pendidikan itulah yang paling menentukan baik secara sendiri-sendiri  ataupun secara bersama-sama. Dikaitkan dengan 3 proses kegiatan utama pendidikan    (membimbing, mengajar,  dan melatih). seperti pada ayat 1  pasal 1 UU RI No. 2/1989), peranan ketiga  tripusat pendidikan itu bervariasi meskipun ketiganya melakukan tiga kegiatan pokok dalam kegiatan tersebut. Kaitan antara  tripusat pendidikan dengan tiga kegiatan pendidikan untuk mewujudkan jati diri yang mantap, penguasaan pengetahuan, dan kemakhiran keterampilan.
 










Dari bagan tersebut dilukiskan bahwa setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberi kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan yakni :
1.      Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
2.      Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.
3.      Pelatihan dalam upaya  pemahiran keterampilan.
Di samping peningkatan kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan peseta didik, diprasaratkan pula keserasian kontribusi itu, serta keja sama yang erat dan harmonis antar tripusat  tersebut.   Berbagai upaya dilakukan agar program-program pendidikan dari setiap pusat   pendidikan tersebut saling mendukung dan memperkuat antara satu dengan yang lainnya.



9


Dalam melakukan pembinaan pendidikan, secara tidak langsung antara orang tua, sekolah, dan masyarakat telah mengadakan kerjasama yang erat dalam praktek pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga, orang tua meletakkan dasar-dasar pendidikan di rumah tangga, terutama dalam segi pembentukan kepribadian, nilai moral, dan agama sejak kelahirannya. Kemudian dilanjutkan dan dikembangkan dengan berbagai materi berupa ilmu dan keterampilan yang dilakukan oleh sekolah. Orang tua anak mengawasi dan menilai hasil didikan sekolah ini dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan masyarakat ikut serta berperan dalam mengontrol, menyalurkan, dan membina serta meningkatkannya.
Hubungan kerjasama yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan tersebut tertuju pada satu tujuan umum yaitu untuk membentuk peserta didik mencapai kedewasaannya, sehingga mampu berdiri sendiri dalam masyarakat sesuai nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian semua usaha pendidikan membantu perkembangan dirinya.




















10
BAB III
PENUTUPAN.

III.1 Kesimpulan
Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang unggul baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan di jalankan oleh lingkungan pendidikan formal. Namun juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Antara lingkungan pendidikan yang satu dan lingkungan yang lain yang disebut sebagai tripusat pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada hubungan saling mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.


III.2 Saran
Melihat kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal diperlukan sebuah hubungan timbal balik yang yang erat maka diperlukan sebuah koordinasi antar lingkungan pendidikan. Dalam menentukan kirikulum lingkungan formal (sekolah) baiknya untuk mempertimbangankan faktor lingkungan keluarga dan masyarakat. Bahkan jika memungkinkan melibatkan keluarga anak didik dan tokoh masyarakat dalam merumuskan kurikulum pendidikan.




















11


Daftar Pustaka
1.    Tirtaraharja, Umar, et. Al. dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
2.    Cropley, A.J.. (Ed). 1979. Lifelong Education: A Stocktaking. Hmaburg: UNESCO Institute for Education.
3.    Fuad Ichsan (1995 ) . Fungsi Lingkungan Pendidikan.