Makalah
Pengantar Pendidikan
tentang
Lingkungan Pendidikan
Anggota : 1.
Asep Riandi Nugraha
2. Ayu Lisdiani
3. Fahmi Nurhanifah
4. Neneng Oktania
5. Via Oktavia
Kelompok :
3
Penampilan ke- : 4
STKIP Garut
Jl. Pahlawan
Sukagalih No. 32
Telp. (0262)
233556 Garut
Kata Pengantar
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan berkah dan
karunia-Nya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Pengantar Pendidikan tentang “Lingkungan Pendidikan”.
Adapun penulisan makalah ini, yakni untuk menyelesaikan salah
satu tugas Pengantar Pendidikan. Kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua
pihak khususnya dosen pembimbing kami Dr.
H. Maman Rusmana, M.Pd yang banyak membantu dalam penyelesaian tugas makalah
ini.
Kami menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati kami mohon perkenaan para pembaca untuk memberikan saran dan
kritik agar makalah ini menjadi lebih baik .
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca khususnya Keluarga besar Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP).
Terima kasih.
Terima kasih.
Penyusun,
i
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar........................................................................................................i
Daftar
Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang........................................................................................1
I.2
Tujuan…………………………………………………………………………1
1.3
Permasalahan………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
II.1Pengertian dan
Fungsi Lingkungan Pendidikan……………….............2
II.2 Tripusat
Pendidikan
II.1. Keluarga………………………………………………………….3-5
II.2. Sekolah…………………………………………………………..6-7
II.3. Masyarakat………………………………………………………....8
II.3. Pengaruh
Timbal Balik antara Tripusat pendidikan terhadap
perkembangan peserta didik…………………………………………9-10
BAB III PENUTUP
III.1. Kesimpulan……………………………………………………………...11
III.2. Saran……………………………………………………………………..11
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan
pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya
pribadi manusia menurut ukuran normatif.
Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi
oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja. Manusia
selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan
masyarakat luas.
Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat
pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk
mancapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem
pendidikan formal dijalankan.
Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan
yang berada di luar lingkungan formal.
B.
Tujuan
1. Memahami
pengertian dan peranan lingkungan pendidikan bagi peserta didik.
2. Memahami
tripusat pendidikan sebagai lingkungan pendidikan. Yakni keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
3. Memahami
saling pengaruh antarketiga tripusat pendidikan terhadap perkembangan peserta
didik.
C.
Permasalahan
Dalam makalah ini akan dicoba untuk membahas dan menjabarkan
tentang:
1.Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan
2.Jenis Lingkungan Pendidikan/ Tripusat Pendidikan
3.Pengaruh timbal
balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap Perkembangan
Peserta Didik.
|
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 PENGERTIAN, JENIS
dan FUNGSI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
II.1.1 Pengertian Lingkungan Pendidikan
Manusia
memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena
interaksi manusia dengan lingkunganya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial manusia secara efesien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan.
Dan latar tempat berlangsungnya pendidikan
itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama
pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan
masyarakat (Umar Tirtaraharja et. Al.
1990:39-40).
Seperti yang telah kita ketahui, lingkungan
pendidikan pertama dan utama adalah Keluarga. Makin bertambah usia seseorang, peranan
lingkungan pendidikan lainnya (yakni
sekolah dan Masyarakat) semakin penting meskipun pengaruh lingkungan keluarga
masih tetap berlanjut.
Berdasarkan Perbedaan ciri-ciri
penyelenggaraan pendidikan pada ketiga lingkungan pendidikan itu, maka
ketiganya sering dibedakan sebagai pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal.
Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan
keluarga berlangsung alamiah dan wajar
disebut pendidikan informal.
Pendidikan di sekolah adalah pendidikan yang
secara sengaja dirancang dan
dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat, seperti harus berjenjang, dan
berkesinambungan, sehingga disebut dengan pendidikan formal.
Pendidikan
di lingkungan masyarakat (kursus, kelompok belajar) tidak di syaratkan
berjenjang dan berkesinambungan, serta dengan aturan-aturan yang lebih longgar
sehingga disebut pendidikan nonformal.
Pendidikan Informal, formal, nonformal itu
sering dipandang sebagai subsistem dari sistem pendidikan (Umar Tirtaraharja
et. Al,. 1990: 13-15) serta secara bersama-sama menjadikan pendidikan
berlangsung seumur hidup (Cropley, 1979 :3).
II.1.2
Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah
membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya
(fisik, sosial, budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang
tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal.
Masyarakat akan dapat berfungsi dengan
sebaik-baiknya jika setiap individu belajar berbagai hal, baik pola-pola tingkah laku umum maupun
peranan yang berbeda-beda. Untuk itu proses pendidikan harus berfungsi untuk mengajarkan
tingkah laku umum dan untuk
mempersiapkan individu untuk peranan-peranan tertentu. Sehubungan dengan
fungsi ini pendidikan bertugas untuk
mengajarkan berbagai macam keterampilan dan keahlian. Meskipun pendidikan
informal juga berperan melaksanakan kedua fungsi tersebut, tetapi sangat
terbatas, khususnya dilaksanakan oleh masyarakat yang masih primitif. Pada
masyarakat yang sudah maju, fungsi yang kedua dari pendidikan itu hampir
sepenuhnya diambil alih oleh lembaga pendidik formal. Pendidikan formal berfungsi
untuk mengajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan-pengetahuan bersifat khusus
dalam rangka mempersiapkan anak untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu.
|
Pelaksanaan
pendidikan dilakukan melalui tiga kegiatan yakni membimbing, mengajar, dan
melatih (ayat 1 pasal 1 dari UU RI No. 2/1989).
Aspek tujuan pokok dari
ketiganya yakni :
(1).Membimbing,
terutama berkaitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi dari
segi-segi perilaku umum (aspek
pembudayaan).
(2). Mengajar, terutama
berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan ,dan
(3).
Melatih, terutama berkaitan dengan keterampilan dan kemahiran (aspek teknologi).
Seperti dalam Paparan diatas, terjadi variasi
penekanan ketiga kegiatan itu di dalam berbagai lingkungan pendidikan dari masa
ke masa. Sekecil apapun ketiga aspek tersebut, tujuan pokok pendidikan itu
tetap akan tergarap dalam setiap lingkungan dan pendidikan. Kualitas manusia,
baik aspek kepribadian maupun penguasaan dasar-dasar ilmu pengetahuan, serta
kemahiran dalam spesialisasi tertentu, merupakan hasil kerja ketiga lingkungan
pendidikan itu.
II.2 . Jenis-jenis Lingkungan
Pendidikan/ Tripusat Pendidikan
Dari segi pengertian, lingkungan dapat terdiri dari
lingkungan dalam (
internal environment ) dan lingkungan luar ( external environment ). Dari segi
fungsi sudah secara tidak langsung terlihat berbagai jenis lingkungan kelurga,
sekolah, dan masyarakat.
Masing-masing
lingkungan tersebut akan di uraikan secara singkat sebagai berikut :
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah merupakan pengelompokan primer yang terdiri
dari sejumlah kecil orang yang mempunyai hubungan pertalian darah. Keluarga itu
dapat berbentuk nucleus family ataupun keluarga yang dapat di perluas yaitu terdiri
dari ayah, ibu, anak, kakek/nenek, paman/tante, adik/kakak, dan lain-lain. Tumbuh kembang anak
dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya.
Keluarga di kenal sebagai lingkungan pendidikan pertama dan
utama. Prediket ini mengindikasikan betapa esensialnya peran dan pengaruh
keluarga dalam pembentukan perilaku dan kepribadian anak. Pandangan seperti ini
sangat logis dan mudah di pahami karena beberapa alasan berikut ini :
1.) Keluarga
merupakan pihak yang paling awal memberikan banyak perlakuan kepada anak. Sebagian
besar waktu anak berada di lingkungan keluarga.
2.) Karakteristik
hubungan orang tua – anak berada dari hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya
( guru, teman, dan sebagainya ).
3.) Interaksi
kehidupan orang tua-anak di rumah bersifat “asli”, seadanya dan tidak di
buat-buat.
Dari berbagai alasan yang dikemukakan itu menyebabkan fungsi
dan peranan keluarga menjadi penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni
membangun manusia Indonesia seutuhnya. Karena itu tidaklah mengherankan kalau undang-undang
sistem pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 menyatakan dalam pasal 10
Ayat 4, bahwa kelurga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
memberikan keyakinan agama, nilai budaya,
nilai-nilai moral dan
keterampilan, kepada anak. Selanjutnya, dalam
penjelasan ayat 5 pasal 10 ditegaskan bahwa pemerintah mengakui kemandirian
keluarga untuk melaksanakan upaya pendidikan dalam lingkungan sendiri.
Kelurga memberikan pengaruh yang kuat , langsung dan sangat
dominan kepada anak, terutama
dalam pembentukan perilaku, sikap, dan kebiasaan, penanaman nila-nilai, perilaku-perilaku
dan sejenisnya, pengetahuan dan sebagainya.
|
Sehubungan dengan hal ini Fuad Ichsan (1995 ) mengemukakan fungsi lembaga keluarga sebagai berikut:
1.
Merupakan
pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan faktor yang
sangat penting bagi perkembangan berikutnya, khususnya dalam perkembangan
pribadinya.
2.
Pendidikan di
lingkungam keluarga dapat menjamin kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan
berkembang.
3. Di dalam keluarga akan terbentuk pendidikan
moral, keteladan orang tua di dalam bertutur kata dan berperilaku sehari-hari
akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak dalam kelurga tersebut guna
membentuk manusia susila.
4.
Di dalam kelurga
akan tumbuh sikap tolong menolong, tenggang rasa, sehingga tumbuhlah kehidupan
keluarga yang damai dan sejahtera.
5.
Keluarga merupakan
lembaga yang memang berperan dalam meletakan dasar-dasar pendidikan agama.
6.
Di dalam konteks
membangun anak sebagai makhluk individu agar anak dapat mengembangkan dan
menolong dirinya sendiri, maka keluarga lebih cenderung untuk menciptakan
kondisi yang dapat menumbuh-kembangkan inisiatif, kreatifitas, kehendak, emosi,
tanggung jawab, keterampilan dan kegiatan lainnya.
Seifert & Hoffnung 1991 menjelaskan enam kemungkinan cara yang
harus di lakukan orang tua dalam mempengaruhi anak yakni sebagai berikut:
1. Pemodelan
perilaku (modeling of behaviors), baik disengaja atau tidak, orang tua dengan
sendirinya akan menjadi model bagi anak-anaknya.
2. Memberikan
ganjaran dan hukuman (giving reward and punishment), yaitu orang tua
mempengaruhi anaknya dengan cara memberi ganjaran terhadap perilaku-perilakunya
yang positif, dan memberikan hukuman perilakunya yang tidak di inginkan.
3. Perintah
langsung (direct instruction) memberi perintah secara sederhana.
4. Menyatakan
peraturan-peraturan (stating rulers), yaitu membuat peraturan-peraturan umum
yang berlaku secara umum walaupun secara tidak tertulis.
5. Nalar
(reasoning),cara yang digunakan orang tua untuk mempengaruhi anaknya, dengan
mempertanyakan kapasitas anak untuk bernalar.
6. Menyediakan
fasilitas atau bahan dan dengan suasana yang menunjang.
Menurut
Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang
sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial.
Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk
melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi
kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orangtua dalam keluarga sebagai
penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Pada umumnya kewajiban
ibu bapa itu sudah berjalan dengan sendirinya sebagai suatu tradisi. Manusia
mempunyai naluri pedagogis, yang berarti bahwa untuk ibu bapa perilaku
pendidikan itu merupakan akibat “naluri” untuk melanjutkan keturunan.
|
Lingkungan
keluarga bukannya pusat penanam dasar pendidikan watak pribadi saja, tetapi
pendidikan sosial. Decroly pernah mengemukakan bahwa 70% dari anak-anak yang
jatuh ke jurang kejahatan berasal dari keluarga yang rusak kehidupannya. Oleh
karena itu, untuk memperbaiki keadaan masyarakat perlu adanya perbaikan dalam
pendidikan keluarga (Wayan Adhana, 1986: modul 4/10-11).
Pada umumnya Ibu
merupakan anggota keluarga yang paling berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya
anak, namun pada akhirnya seluruh anggota keluarga ikut berinteraksi dengan
anak, di samping faktor iklim sosial, faktor-faktor lain seperti kebudayaan,
tingkat kemakmuran, keadaan perumahan dan sebagainya. Ikut pula mempengaruhi
tumbuh kembangnya anak. Dengan kata lain tumbuh kembang anak di pengaruhi oleh
seluruh situasi dan kondisi keluarga.
ibu bertanggungjawab untuk mengasuh anak, oleh karena itu
pengaruh hubungan antara ibu dan anak perlu mendapat perhatian, utamanya
pengaruh pengawasan berlebihan terhadap perkembangan anak. Levy membedakan
pengawasan yang berlebihan ini menjadi dua, yaitu memanjakan dan mendominasi anak.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Levy menyimpulkan bahwa meskipun anak yang
dimanjakan itu selalu menyusahkan orangtuanya di rumah, tetapi baik anak yang
dimanjakan maupun yang didominasi oleh ibu ternyata sangat teliti sebagai murid
dan dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan sekolahnya dengan baik (Redja
Mudyahardjo et. At., 1992: Modul 5/57).
Beberapa hasil penelitian ayah mempunyai arti yang
berbeda-beda di mata anak. Dari penelitian itu ternyata bahwa ketiadaan ayah
dalam keluarga menimbulkan berbagai persoalan, seperti kurangnya rasa aman dan
ketiadaan model bagi anak laki-laki, ataupun perasaan kekosongan dan tidak puas
bagi anak perempuan. Apabila di sekolah ditemukan anak yang mengalami masalah
“ketiadaan ayah” maka guru seyogyanya dapat membantu mengatasi masalah itu
dengan mengalihkan kepada figur pengganti ayah (Redja Mudyahardjo, 1992: Modul
5/58-59).
Ketika ayah maupun ibu sama-sama membina karier
masing-masing yang mengharuskan mereka berada di luar rumah pada hampir setiap
hari kerja, dapat membawa masalah apabila keluarga mempunyai anak balita. Peran
pemeliharaan fisik mungkin dapat dilakukan oleh oranglain, namun peran edukatif
dari ibu sukar disubtitusi oleh oranglain, utamanya pembantu rumah tangga.
Seperti ternyata di masyarakat, pembantu rumah tangga pada umumnya berasal dari
lapisan dengan pendidikan dan mutu sosial budaya yang relatif rendah.
Kecenderungan lain adalah berkembangnya lembaga pendidikan prasekolah pada
jalur luar sekolah. Di masa depan, peran pembantu rumah tangga dalam pendidikan
keluarga maupun fungsi edukatif lembaga pendidikan prasekolah perlu mendapat
perhatian, agar dapat diyakinkan kontribusinya dalam mewujudkan sumber daya
manusia yang bermutu.
|
2. Lingkungan Sekolah
Jalur pendidikan sekolah
merupakan pendidikan yang di selenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar
mengajar dengan organisasi yang tersusun rapi, terencana, berjenjang dan
berkesinambungan. Sifatnya formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan
pemerintah dan mempunyai keseragaman pola yang bersifat nasional, dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat
maju, adil, dan makmur. Sekolah
merupakan sarana yang secara sengaja di rancang untuk melaksanakan pendidikan.
Di kemukakan bahwa karena kemajuan zaman. Keluarga tidak mungkin lagi memenuhi
seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap iptek salah satu
alternatif yang mungkin dilakukan disekolah untuk melaksanakan kebijakan
nasional itu adalah secara bertahap mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat
pusat latihan (training center) manusia Indonesia di masa depan. Sekolah
sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat yang maju
karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi tetap
berpijak pada ciri ke-Indonesian. Dengan demikian pendidikan disekolah
seyogyanya secara seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan,penguasaan
pengetahuan, dan pemilikan keterampilan peserta didik.
Tugas sekolah
sangat penting dalam menyiapkan anak untuk kehidupan masyarakat, sekolah juga
sebagai produsen dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan
pembangunan. Pembangunan tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa di dukungnya
dengan manusia yang memiliki sumber daya yang berkualitas sebagai produk
pendidikan. Karena itu sekolah perlu dirancang dengan baik, harus diupayakan
sedemikian rupa agar mencerminkan masyarakat Indonesia dimasa depan, sehingga
peserta didik memperoleh peluang yang optimal dalam menyiapkan diri untuk melaksanakan
peran sebagai individu, warga masyarakat, warga Negara dan warga dunia di masa
depan.
Suatu
alternatif yang mungkin dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah
antara lain :
a.
Pengajaran yang mendidik
Yakni
pengajaran yang secara serentak memberi peluang pencapaian tujuan instruksional
bidang studi dan tujuan-tujuan umum pendidikan lainnya. Dalam upaya mewujudkan
pengajaran yang mendidik, perlu pula dikemukakan bahwa setiap keputusan dan
tindakan guru dalam rangka kegiatan belajar mengajar akan membawa berbagai
dampak atau efek kepada siswa, baik efek intruksional maupun efek pengiring.
Efek
intruksional merupakan efek langsung dari bahan ajaran yang menjadi isi pesan
dari belajar mengajar sedangkan efek pengiring merupakan efek tidak langsung dari
bahan ajaran atau pengalaman belajar yang di hayati oleh siswa sebagai akibat
dari strategi belajar mengajar yang menjadi landasan dari kegiatan belajar
mengajar tersebut.
b . Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan
program bimbingan dan penyuluhan (BP) di sekolah agar program edukatif ini
tidak sekedar suplemen tetapi menjadi komplemen yang setara dengan program
pengajaran serta program lain di sekolah.seperti di ketahui bidang garapan
program BP adalah perkembangan pribadi peserta didik,khususnya aspek sikap,dan
prilaku.
|
Dalam
pedoman kurikulum 1984 SMA (Depdikbud 1984:41 ) dinyatakan antara
lain:Pelaksanaan kegiatan BP di sekolah menitikberatkan kepada bimbingan
terhadap perkembangan pribadi melalui pendekatan perseorangan atau kelompok. Siswa
yang menghadapi masalah mendapatkan bantuan khusus untuk mampu
mengatasinya.sementara itu semua siswa tetap mendapatkan bimbingan karier
terutama secara kelompok. Pelaksanaan bimbingan karier yang mengutamakan
bimbingan kelompok bertujuan membantu memahami diri sendiri dan lingkungannya
serta merencanakan masa depan secara lebih tepat.
c. Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi
suatu pusat sumber belajar (PSB) yang mengelola bukan hanya bahan pustaka
tetapi juga berbagai sumber belajar lainya.baik sumber belajar yang dirancang
maupun yang di manfaatkan. Dengan kedudukan
sebagai PSB diharapkan perananya akan lebih aktif dalam mendukung
program pengajaran bahkan dapat berperan sebagai “mitra kelas” dalam upaya
menjawab tantangan perkembangan perkembangan iptek yang semakin cepat.
d. Peningkatan dan pemantapan program
pengelolaan sekolah khususnya yang terkait dengan peserta didik, pengelola
sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan seharusnya merupakan refleksi
dari suatu masyarakat pancasila sebagaimana
yang di cita-citakan dalam tujuan nasional. Gaya kerja para pengelola umumnya,
khususnya pengelola kesiswaan, akan sangat berpengaruh bukan hanya melalui
kebijakannya tetapi juga aspek keteladanannya. Keempat alternatif tersebut akan
terlaksana apabila mendapat dukungan yang memadai dari program pengelolaan
sekolah, baik dukungan sarana/prasarana maupun dukungan iklim profesional yang
memadai, khusus pengelolaan kesiswaan , agar diterapkan asas tutwuri handayani
dengan tidak mengabaikan ingarsa sung tulada dan ing madya mangun karsa, salah
satunya dengan mengadakan “sistem Among” sebagai cara pendidikan. Dengan
demikian iklim kehidupan di sekolah mencerminkan kehidupan masyarakat yang
dicita-citakan yakni masyarakat yang demokratis yang dinamis dan terbuka.
Sekolah di harapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan
secara optimal, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional, maka
pendidikan formal harus berfungsi:
1.
Sekolah harus mampu
menumbuh-kembangkan anak sebagai makhluk individu melalui pembekalan semua
bidang studi.
2.
Sekolah melalui teknik
pengkajian bidang studi perlu mengembangkan sikap sosial, gotong royong,
toleransi, dan demokrasi dalm rangka menumbuh kembangkan anak sebagai makhluk sosial.
3.
Sekolah harus berfungsi
sebagai pembinaan watak anak melalui bidang studi yang relevan sehingga
akhirnya akan terbentuk manusia susila yang cakap yang mampu menampilkan
dirinya sesuai dengan nilai dan norma yang hidup dan berkembang di masyarakat.
4.
Sekolah harus dapat menumbuh
kembangkan anak sebagai makhluk yang religius dan mampu menjadi pemeluk agama
yang baik, taat, sholeh dan toleran.
5.
Sekolah berfungsi
konservatif, inovatif dan selektif dalam mempertahankan kebudayaan yang ada,
melakukan pembaharuan, dan melayani perbedaan individu anak dalam proses
pendidikan.
|
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Masyarakat mempunyai
peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Kaitan antara
masyarakat dan pendidikan dapat di tinjau dari beberapa segi yakni:
1. Masyarakat
adalah sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang di lembagakan maupun yang
tidak di lembagakan.
2. Lembaga-lembaga
kemasyarakatan atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tidak
langsung ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
3. Dalam
masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang maupun
dimanfaatkan.
Dari ketiga kaitan
antara masyarakat dan pendidikan tersebut, dapat di lihat peran yang telah
disumbangkan dalam rangka tujuan pendidikan nasional yaitu ikut membantu menyelenggarakan
pendidikan, membantu pengadaan tenaga, biaya, prasarana dan sarana,
menyediakan lapangan pekerjaan dan membantu mengembangkan profesi baik
langsung maupun tidak langsung.
Dalam pendidikan
nasional hal semacam ini disebut Pendidikan kemasyarakatan yaitu usaha sadar
yang memberikan kemungkinan perkembangan sosial, kultural, keagamaan,
kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa, keterampilan, keahlian/profesi yang
dapat di manfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk mengembangkan dirinya dan
membangun masyarakatnya. Terdapat sejumlah lembaga kemasyarakatan yang
mempunyai fungsi dan peran edukatif yang besar antara lain, organisasi
kepemudaan (karang taruna, pramuka, dll ) organisasi keagamaan dan sebagainya.
Secara kongkrit
peran dan fungsi pendidikan kemasyarakatan dapat di kemukakan sebagai berikut:
1. Memberikan
kemampuan professional untuk mengembangkan karier melalui kursus, seminar,
konferensi, dan lainnya.
2. Memberikan kemampuan
teknis akademik dalam suatu sistem pendidikan nasional seperti sekolah terbuka,
pendidikan melalui media elektronik.
3. Ikut serta
mengembangkan kemampuan kehidupan beragama melalui pendidikan agama di
mesjid.
4. Mengembangkan
kemampuan kehidupan sosial budaya melalui seni, teater, olahraga, dan sebagainya.
5. Mengembangkan
keahlian dan keterampilan melalui sistem magang untuk menjadi ahli, serta ahli
mesin.
Agar peran lembaga
sosial/pendidikan kemasyarakatan bisa mantap pertumbuhan dan perkembangannya,
maka perlu di koordinasikan oleh pemerintah. Karena pendidikan kemasyarakatan
perlu wahana yang amat besar artinya perkembangan individu dan masyarakat yang
sedang membangun.
|
II.3. Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat pendidikan terhadap perkembangan
peserta didik.
Perkembangan
peserta didik, seperti juga tumbuh
kembang anak pada umumnya, dipengaruhi
oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan proses perkembangan, dan
anugrah. Khusus untuk faktor lingkungan peranan tripusat pendidikan itulah yang
paling menentukan baik secara sendiri-sendiri
ataupun secara bersama-sama. Dikaitkan dengan 3 proses kegiatan utama
pendidikan (membimbing, mengajar, dan melatih). seperti pada ayat 1 pasal 1 UU RI No. 2/1989), peranan
ketiga tripusat pendidikan itu
bervariasi meskipun ketiganya melakukan tiga kegiatan pokok dalam kegiatan
tersebut. Kaitan antara tripusat
pendidikan dengan tiga kegiatan pendidikan untuk mewujudkan jati diri yang
mantap, penguasaan pengetahuan, dan kemakhiran keterampilan.
Dari
bagan tersebut dilukiskan bahwa setiap pusat pendidikan dapat berpeluang
memberi kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan yakni :
1. Pembimbingan
dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
2. Pengajaran
dalam upaya penguasaan pengetahuan.
3. Pelatihan
dalam upaya pemahiran keterampilan.
Di
samping peningkatan kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan
peseta didik, diprasaratkan pula keserasian kontribusi itu, serta keja sama
yang erat dan harmonis antar tripusat
tersebut. Berbagai upaya
dilakukan agar program-program pendidikan dari setiap pusat pendidikan tersebut saling mendukung dan
memperkuat antara satu dengan yang lainnya.
|
Dalam melakukan
pembinaan pendidikan, secara tidak langsung antara orang tua, sekolah, dan
masyarakat telah mengadakan kerjasama yang erat dalam praktek pendidikan. Di
dalam lingkungan keluarga, orang tua meletakkan dasar-dasar pendidikan di rumah
tangga, terutama dalam segi pembentukan kepribadian, nilai moral, dan agama
sejak kelahirannya. Kemudian dilanjutkan dan dikembangkan dengan berbagai
materi berupa ilmu dan keterampilan yang dilakukan oleh sekolah. Orang tua anak
mengawasi dan menilai hasil didikan sekolah ini dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam lingkungan masyarakat ikut serta berperan dalam mengontrol, menyalurkan,
dan membina serta meningkatkannya.
Hubungan kerjasama
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan tersebut tertuju pada satu
tujuan umum yaitu untuk membentuk peserta didik mencapai kedewasaannya,
sehingga mampu berdiri sendiri dalam masyarakat sesuai nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian semua
usaha pendidikan membantu perkembangan dirinya.
|
BAB III
PENUTUPAN.
III.1
Kesimpulan
Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang
unggul baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya
tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan di jalankan oleh lingkungan
pendidikan formal. Namun juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga serta
lingkungan masyarakat. Antara lingkungan pendidikan yang satu dan lingkungan
yang lain yang disebut sebagai tripusat pendidikan tidak dapat berdiri sendiri,
namun ada hubungan saling mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.
III.2
Saran
Melihat kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang
maksimal diperlukan sebuah hubungan timbal balik yang yang erat maka diperlukan
sebuah koordinasi antar lingkungan pendidikan. Dalam menentukan kirikulum
lingkungan formal (sekolah) baiknya untuk mempertimbangankan faktor lingkungan
keluarga dan masyarakat. Bahkan jika memungkinkan melibatkan keluarga anak
didik dan tokoh masyarakat dalam merumuskan kurikulum pendidikan.
|
Daftar
Pustaka
1. Tirtaraharja,
Umar, et. Al. dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka
Cipta.
2. Cropley,
A.J.. (Ed). 1979. Lifelong Education: A Stocktaking. Hmaburg: UNESCO Institute
for Education.
3. Fuad Ichsan (1995 ) . Fungsi Lingkungan Pendidikan.